Sabtu, 31 Maret 2012

HIPOTESIS PEMEKARAN LANTAI SAMUDERA

Hipotesa pemekaran lantai samudera (Sea Floor Spreading) dikemukakan pertama kalinya oleh Harry Hess (1960) dalam tulisannya yang berjudul “Essay in geopoetry describing evidence for sea-floor spreading”. Dalam tulisannya diuraikan mengenai bukti-bukti adanya pemekaran lantai samudera yang terjadi di pematang tengah samudera (mid oceanic ridges), Guyots, serta umur kerak samudera yang lebih muda dari 180 juta tahun.

Hipotesa pemekaran lantai samudera pada dasarnya adalah suatu hipotesa yang menganggap bahwa bagian kulit bumi yang ada di dasar samudwra Atlantik tepatnya di Pematang Tengah Samudera mengalami pemekaran yang diakibatkan oleh gaya tarikan (tensional force) yang digerakkan oleh arus konveksi yang berada di bagian mantel bumi (astenosfir). Karena terjadinya rifting (pemekaran) di sepanjang sumbu Pematang Tengah Samudrra, maka magma yang berasal dari astenosfir kemudian naik dan membeku. Pergerakan lantai samudera (litosfir) ke arah kiri dan kanan di sepanjang sumbu pemekaran dari Pematang Tengah Samudera lebih disebabkan oleh arus konveksi yang berasal dari lapisan mantel bumi (astenosfir). Arus konveksi ini berfungsi sebagai penggerak dan litosfir sebagai ban berjalan (conveyor belt).

Gambar arus konveksi yang menggerakkan lantai samudera (litosfir), 
pembentukan material baru di Pematang Tengah Samudera (Midoceanic ridge) dan 
penyusupan lantai samudera kedalam interior bumi (astenosfir) pada zona subduksi.

Hipotesa pemekaran lantai samudera didukung juga oleh bukti-bukti dari data-data hasil pengukuran kemagnetan purba (paleomagnetism) dan penentuan umur batuan (rock-dating). Kemagnetan purba adalah studi tentang polaritas arah magnet bumi yang terekam oleh mineral yang ada dalam batuan saat batuan tersebut membeku. Sebagaimana diketahui bahwa mineral-mineral yang menyusun batuan, seperti mineral magnetit akan merekam arah magnet-bumi saat mineral tersebut terbentuk, yaitu pada temperatur lebih kurang 580 derajat Celcius (temperatur Currie).

Hasil studi kemagnetan purba yang dilakukan terhadap sampel batuan yang diambil di bagian Pematang Tengah Samudera hingga ke bagian tepi benua menunjukkan terjadinya polaritas arah magnet bumi yang berubah rubah (normal dan reverse) dalam selang waktu setiap 400.000 tahun sekali. Polaritas arah magnet bumi yang terekam pada batuan punggung tengah samudera dapat dipakai untuk merekontruksi posisi dan proses pemisahan antara benua Amerika dan Afrika yang semula berhimpit dan data ini didukung oleh hasil penentuan umur batuan yang menunjukkan umur yang semakin muda ke arah pematang tengah samudera. Hal lain yang perlu diketahui dari hipotesa pemekaran lantai samudera adalah bahwa ternyata volume bumi tetap dan tidak semakin besar dengan bertambah luasnya lantai samudera dan hal ini berarti bahwa harus ada di bagian lain dari kulit bumi di mana kerak samudra mengalami penyusupan kembali ke dalam perut bumi.

 
Gambar rekaman arah magnet purba pada batuan lava, terlihat adanya pembalikan arah polaritas arah magnet bumi yang berubah setiap 400.000 tahun sekali.