Sabtu, 28 Agustus 2010

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sebaran Flora dan Fauna


Pada bagian awal telah dikemukakan bahwa tidak seluruh wilayah di muka bumi dapat dihuni oleh makhluk hidup. Berdasarkan hasil penelaahan kondisi fisik wilayah, diperkirakan hanya sekitar 1/550 bagian dari muka bumi yang berpotensi sebagai lingkungan hidup. Beberapa faktor yang memengaruhi persebaran flora dan fauna di muka bumi antara lain faktor klimatik, edafik, fisiografi, dan biotik.
a. Faktor Klimatik
Kondisi iklim merupakan salah satu faktor dominan yang mempengaruhi pola persebaran flora dan fauna. Wilayah-wilayah dengan pola iklim yang ekstrim, seperti daerah kutub yang senantiasa tertutup salju dan lapisan es abadi, atau gurun yang gersang, sudah tentu sangat menyulitkan bagi kehidupan suatu organisme. Oleh karena itu, persebaran flora dan fauna pada kedua wilayah ini sangat minim baik dari jumlah maupun jenisnya. Sebaliknya, daerah tropis merupakan wilayah yang optimal bagi kehidupan flora dan fauna. Faktor-faktor iklim yang berpengaruh terhadap persebaran makhluk hidup di permukaan bumi ini, antara lain suhu, kelembapan udara, angin, dan tingkat curah hujan.
1) Suhu
Permukaan bumi mendapatkan energi panas dari radiasi matahari dengan intensitas penyinaran yang berbeda-beda di setiap wilayah. Daerah-daerah yang berada pada zona lintang iklim tropis, menerima penyinaran matahari setiap tahunnya relatif lebih banyak jika dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya. Selain posisi lintang, faktor kondisi geografis lainnya yang mempengaruhi tingkat intensitas penyinaran matahari antara lain kemiringan sudut datang sinar matahari, ketinggian tempat, jarak suatu wilayah dari permukaan laut, kerapatan penutupan lahan dengan tumbuhan, dan kedalaman laut. Perbedaan intensitas penyinaran matahari menyebabkan variasi suhu udara di muka bumi.
Kondisi suhu udara sangat berpengaruh terhadap kehidupan hewan dan tumbuhan, karena berbagai jenis spesies memiliki persyaratan suhu lingkungan hidup ideal atau optimal, serta tingkat toleransi yang berbeda-beda di antara satu dan lainnya. Misalnya, flora dan fauna yang hidup di kawasan kutub memiliki tingkat ketahanan dan toleransi yang lebih tinggi terhadap perbedaan suhu yang tajam antara siang dan malam jika dibandingkan dengan flora dan fauna tropis.
Pada wilayah-wilayah yang memiliki suhu udara tidak terlalu dingin atau panas merupakan habitat yang sangat baik atau optimal bagi sebagian besar kehidupan organisme, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Hal ini disebabkan suhu yang terlalu panas atau dingin merupakan salah satu kendala bagi makhluk hidup.
Khusus dalam dunia tumbuhan, kondisi suhu udara adalah salah satu faktor pengontrol persebaran vegetasi sesuai dengan posisi lintang, ketinggian tempat, dan kondisi topografinya. Oleh karena itu, sistem penamaan habitat flora seringkali sama dengan kondisi iklimnya, seperti vegetasi hutan tropis, vegetasi lintang sedang, vegetasi gurun, dan vegetasi pegunungan tinggi.
2) Kelembapan Udara
Selain suhu, faktor lain yang berpengaruh terhadap persebaran makhluk hidup di muka bumi adalah kelembapan. Kelembapan udara yaitu banyaknya uap air yang terkandung dalam massa udara. Tingkat kelembapan udara berpengaruh langsung terhadap pola persebaran tumbuhan di muka bumi. Beberapa jenis tumbuhan sangat cocok hidup di wilayah yang kering, sebaliknya terdapat jenis tumbuhan yang hanya dapat bertahan hidup di atas lahan dengan kadar air yang tinggi.
Berdasarkan tingkat kelembapannya, berbagai jenis tumbuhan dapat diklasifikasikan ke dalam empat kelompok utama, yaitu sebagai berikut.
a) Xerophyta, yaitu jenis tumbuhan yang sangat tahan terhadap lingkungan hidup yang kering atau gersang (kelembapan udara sangat rendah), seperti kaktus dan beberapa jenis rumput gurun.
b) Mesophyta, yaitu jenis tumbuhan yang sangat cocok hidup di lingkungan yang lembap, seperti anggrek dan jamur (cendawan).
c) Hygrophyta, yaitu jenis tumbuhan yang sangat cocok hidup di lingkungan yang basah, seperti eceng gondok, selada air, dan teratai.
d) Tropophyta, yaitu jenis tumbuhan yang mampu beradaptasi terhadap perubahan musim kemarau dan penghujan. Tropophyta merupakan flora khas di daerah iklim muson tropis, seperti pohon jati

3) Angin
Di dalam siklus hidrologi, angin berfungsi sebagai alat transportasi yang dapat memindahkan uap air atau awan dari suatu tempat ke tempat lain. Gejala alam ini menguntungkan bagi kehidupan makhluk di bumi, karena terjadi distribusi uap air di atmosfer ke berbagai wilayah. Akibatnya, secara alamiah kebutuhan organisme akan air dapat terpenuhi. Gerakan angin juga membantu memindahkan benih dan membantu proses penyerbukan beberapa jenis tanaman tertentu.
4) Curah Hujan
Air merupakan salah satu kebutuhan vital bagi makhluk hidup. Tanpa sumber daya air, tidak mungkin akan terdapat bentuk-bentuk kehidupan di muka bumi. Bagi makhluk hidup yang
menempati biocycle daratan, sumber air utama untuk memenuhi kebutuhan hidup berasal dari curah hujan. Melalui curah hujan, proses pendistribusian air di muka bumi akan berlangsung secara berkelanjutan. Sebagaimana telah Anda pelajari di kelas X, bahwa titik-titik air hujan yang jatuh ke bumi dapat meresap pada lapisan- lapisan tanah dan menjadi persediaan air tanah, atau bergerak sebagai air larian permukaan, kemudian mengisi badan-badan air, seperti danau atau sungai.
Begitu pentingnya air bagi kehidupan mengakibatkan pola penyebaran dan kerapatan makhluk hidup antarwilayah pada umumnya bergantung dari tinggi-rendahnya curah hujan. Wilayah-wilayah yang memiliki curah hujan tinggi pada umumnya merupakan kawasan yang dihuni oleh aneka spesies dengan jumlah dan jenis jauh lebih banyak dibandingkan dengan wilayah yang relatif lebih kering.
Sebagai contoh daerah tropis ekuatorial dengan curah hujan tinggi merupakan wilayah yang secara alamiah tertutup oleh kawasan hutan hujan tropis (belantara tropis) dengan aneka jenis flora dan fauna dan tingkat kerapatan yang tinggi. Tingkat intensitas curah hujan pada suatu wilayah akan membentuk karakteristik yang khas bagi formasi-formasi vegetasi (tumbuhan) di muka bumi.
Karakter vegetasi yang menutupi hutan hujan tropis sangat jauh berbeda dengan vegetasi yang menutupi kawasan muson, stepa, atau gurun. Karakter vegetasi di wilayah muson didominasi oleh tumbuhan gugur daun untuk menjaga kelembapan saat musim kemarau. Wilayah gurun didominasi oleh jenis tumbuhan yang sangat tahan terhadap kekeringan. Kekhasan pola dan karakteristik vegetasi ini tentunya mengakibatkan adanya hewan-hewan yang khas pada lingkungan vegetasi tertentu. Pada dasarnya tumbuhan merupakan salah satu sumber bahan makanan (produsen) bagi hewan.

b. Faktor Edafik
Faktor kedua yang memengaruhi persebaran bentuk-bentuk kehidupan di muka bumi terutama tumbuhan adalah kondisi tanah atau faktor edafik. Tanah merupakan media tumbuh dan berkembangnya tanaman. Kondisi tanah yang secara langsung berpengaruh terhadap tanaman adalah kesuburan. Adapun yang menjadi parameter kesuburan tanah antara lain kandungan humus atau bahan organik, unsur hara, tekstur dan struktur tanah, serta ketersediaan air dalam pori-pori tanah. Tanah-tanah yang subur, seperti jenis tanah vulkanis dan andosol merupakan media optimal bagi pertumbuhan tanaman.

c. Faktor Fisiografi
Faktor fisiografi yang berkaitan dengan persebaran makhluk hidup adalah ketinggian tempat dan bentuk wilayah. Anda tentu masih ingat gejala gradien thermometrik, di mana suhu udara akan mengalami penurunan sekitar 0,5o C–0,6o C setiap wilayah naik 100 meter dari permukaan laut. Adanya penurunan suhu ini sangat berpengaruh terhadap pola persebaran jenis tumbuhan dan hewan, sebab organisme memiliki keterbatasan daya adaptasi terhadap suhu lingkungan di sekitarnya. Oleh karena itu, jenis tumbuhan yang hidup di wilayah pantai akan berbeda dengan yang hidup pada wilayah dataran tinggi atau pegunungan.

d. Faktor Biotik
Manusia adalah komponen biotik yang berperan sentral terhadap keberadaan flora dan fauna di suatu wilayah, baik yang sifatnya menjaga kelestarian maupun mengubah tatanan kehidupan flora dan fauna. Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, manusia berusaha mengolah dan memanfaatkan lingkungan hidup di sekitarnya semaksimal mungkin, walaupun terkadang dapat merusak kelestarian alam. Misalnya, dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam waktu yang relatif singkat manusia mampu mengubah kawasan hutan menjadi daerah permukiman dan areal pertanian. Perubahan fungsi lahan tersebut berakibat terhadap kestabilan ekosistem yang secara alamiah telah terjalin dalam periode jangka waktu yang lama.

Sumber : Geografi Membuka Cakrawala Dunia Kelas XI, Bambang Utoyo

PENGERTIAN BIOSFER


Makhluk hidup merupakan salah satu komponen penghuni geosfer. Selain manusia, makhluk hidup yang menempati Planet Bumi adalah hewan (fauna) dan tumbuhan (flora). Hewan maupun tumbuhan ada yang hidup di daratan dan di perairan, baik pada kawasan air tawar ataupun di air laut. Namun, tidak seluruh permukaan bumi dapat menjadi tempat hidup bagi organisme. Mengapa? Karena berhubungan erat dengan berbagai persyaratan hidup, faktor pendukung, dan faktor penghambat bagi kelangsungan hidup organisme itu sendiri. Wilayah-wilayah di permukaan bumi yang sesuai untuk lingkungan hidup organisme dikenal dengan istilah biosfer. Secara umum, biosfer terdiri atas tiga lingkungan utama atau biocycle, yaitu biocycle darat, biocycle air tawar (sungai, danau, atau kolam), dan biocycle air asin (berkadar garam atau laut). Selain biosfer dan biocycle, dalam studi makhluk hidup kita juga dikenal istilah ekosistem dan bioma.


Tokoh yang kali pertama mengenalkan istilah ekosistem adalah ahli biologi berkebangsaan Inggris bernama A. Tansley (1935). Menurutnya, ekosistem merupakan suatu sistem yang meliputi komponen tumbuh-tumbuhan, hewan, serta lingkungan fisik sebagai tempat hidupnya. Komponen-komponen tersebut senantiasa berinteraksi dan saling memengaruhi antara satu dan lainnya sesuai dengan fungsinya masing-masing. Misalnya, fungsi utama tumbuhan yaitu sebagai produsen dalam memproduksi bahan-bahan makanan yang diperlukan bagi kelangsungan hidup konsumen (hewan dan manusia).
Secara terperinci, Tansley mengemukakan bahwa ekosistem meliputi komponen-komponen antara lain sebagai berikut.
• Komponen biotik, terdiri atas:
1) tumbuhan sebagai produsen;
2) hewan sebagai konsumen, meliputi:
a) herbivora, yaitu hewan pemakan tumbuhan;
b) karnivora, yaitu hewan pemakan daging;
c) omnivora, yaitu hewan pemakan tumbuhan dan daging;
d) bakteri dan jamur sebagai pengurai
• Komponen abiotik, meliputi iklim dan bahan-bahan anorganik berupa mineral-mineral yang terdapat dalam batuan, tanah, air, dan udara. Beberapa contohnya, antara lain Karbon (C), Nitrogen (N), Karbondi oksida (CO2), Air (H2O), Oksigen (O2), protein, karbohidrat, dan lemak.
Menurut Charles Kendrich, istilah bioma dapat diartikan sebagai unit-unit geografis besar yang perbedaannya didasarkan atas tipe-tipe klimaks atau vegetasi dominan (tumbuhan) atau bentuk kehidupan binatang. Pada umumnya, sistem penamaan bioma didasarkan atas vegetasi utama yang mendominasi suatu wilayah di bawah pengaruh iklim. Contoh penamaan bioma antara lain bioma hutan hujan tropik, sabana, stepa (padang rumput), tundra, dan taiga.
Ciri-ciri umum yang menandai suatu bioma antara lain sebagai berikut.
1. Bioma merupakan komunitas klimaks, artinya pada wilayah tersebut terdapat suatu bentuk vegetasi utama yang mendominasi kawasan tersebut, seperti hutan gugur daun, hutan berdaun jarum (hutan konifer), atau padang rumput.
2. Bioma terbentuk sebagai hasil interaksi antara unsur-unsur lingkungan, yaitu iklim, tanah, dan organisme yang hidup di lingkungan tersebut (biota).
3. Bioma merupakan komunitas (satuan kehidupan) yang cukup mantap dalam periode jangka waktu yang lama, kecuali terjadi suatu kejadian tiba-tiba yang mengganggu kestabilan komunitas. Misalnya, bencana alam, wabah penyakit, perubahan tatanan iklim global, atau gangguan akibat ulah manusia.
4. Suatu jenis bioma dapat mudah dikenali dengan melihat petunjuk vegetasi utamanya (vegetasi klimaks).
5. Bioma pada umumnya menempati wilayah yang luas.

DUNIA TUMBUHAN (FLORA)


Tumbuhan yang menutupi permukaan bumi jenisnya beranekaragam, mulai dari tumbuhan mikro yang hanya memiliki satu sel, seperti alga, rerumputan, pohon-pohon perdu, sampai tumbuhan raksasa, seperti redwood yang dapat Anda temui di Amerika Serikat atau Rafflesia arnoldi yang dijumpai di wilayah Bengkulu. Berbagai jenis flora ini tersebar dari wilayah iklim tropis sampai iklim kutub.
Mengingat jumlah spesies tumbuhan yang tersebar di muka bumi ini jumlah dan jenisnya sangat beragam, untuk memudahkan dalam mempelajarinya para ahli biologi mengklasifikasikan ke dalam lima kelompok besar, yaitu sebagai berikut.

a. Schizophyta (tumbuhan bersel satu). Misalnya, alga biru, alga hijau, dan bakteri.
b. Thallophyta (tumbuhan jenis talas-talasan). Misalnya, jamur dan ganggang hijau.
c. Pteridophyta (tumbuhan jenis paku-pakuan). Misalnya, paku ekor kuda, semangi, paku air, dan suplir.
d. Bryophyta (tumbuhan jenis lumut). Misalnya, lumut daun, lumut hati, dan lumut tanduk.
e. Spermatophyta (tumbuhan berbiji), terdiri atas:
1) tumbuhan biji terbuka, seperti pakis haji dan cemara;
2) tumbuhan biji tertutup, seperti jenis bunga-bungaan dan buah-buahan.
Tumbuh-tumbuhan tersebut tersebar di tiga biocycle atau lingkungan muka bumi, yaitu biocycle darat, biocycle air tawar (wilayah perairan darat), dan biocycle air asin (wilayah laut).
a. Biocycle Darat
Tumbuhan yang menutupi wilayah darat sangat bervariasi, baik ragam maupun jumlahnya. Wilayahnya tersebar mulai dari zona pantai sampai ke pegunungan, mulai dari kawasan khatulistiwa sampai wilayah kutub.

1) Hutan
Lingkungan ekologi hutan terdiri atas vegetasi hutan hujan tropis, hutan musim (hutan decidius), hutan hujan daerah sedang, hutan berdaun jarum (hutan konifer), dan hutan berkayu keras.
a) Hutan Hujan Tropis
Hutan hujan tropis tersebar di wilayah-wilayah sekitar ekuator atau khatulistiwa, yaitu sekitar lintang 10°LU–10°LS, dengan rata-rata suhu terdingin di atas 18°C dan curah hujan yang tinggi sepanjang tahun. Ciri khas vegetasi hutan hujan tropis adalah hutan belantara dengan jenis tumbuhan yang sangat bervariasi (hutan heterogen) dengan tingkat kerapatan tinggi sehingga sinar matahari tidak dapat menembus ke permukaan tanah.
Menurut penelitian para ahli botani, jenis flora yang terdapat di kawasan hutan hujan tropis diperkirakan mencapai 3.000 spesies bahkan lebih. Ciri lain hutan hujan tropis adalah banyak dijumpai tumbuhan yang menempel pada tumbuhan lain (flora epifit), seperti jamur (cendawan), lumut, anggrek, dan rotan. Tumbuhan epifit ini merupakan indikasi bahwa tingkat
kelembapan di daerah tersebut tinggi.
Daerah penyebaran hutan hujan tropis di muka bumi, antara lain di sebagian wilayah Indonesia terutama di Pulau Sumatra, sebagian Jawa, Kalimantan, dan Papua, wilayah dataran rendah Amazon (Brazil), sebagian besar Amerika Tengah, wilayah Afrika sekitar khatulistiwa, seperti Zaire, Congo, Gabon, Nigeria, dan Kenya.
b) Hutan Musim
Hutan musim terdapat pada wilayah-wilayah yang memiliki pergantian musim kemarau dan penghujan sangat jelas, serta periode musim kemarau yang relatif panjang. Pada musim kemarau vegetasi hutan musim umumnya akan menggugurkan daun (meranggas). Hal ini dilakukan untuk mengurangi tingkat penguapan yang tinggi. Contoh jenis tumbuhan meranggas adalah jati. Di samping menggugurkan daun, ciri khas lain dari hutan musim adalah kawasan hutan lebih didominasi oleh satu jenis tumbuhan utama (hutan homogen).
c) Hutan Hujan Daerah Sedang
Hutan hujan daerah sedang terdapat di daerah-daerah pantai sebelah barat zona lintang 35°–55° baik di belahan bumi utara maupun selatan, wilayah kepulauan antara lintang 25°–40° baik utara maupun selatan, sepanjang perbatasan bagian timur benua, dan wilayah dataran tinggi zona iklim ekuatorial dan tropis. Beberapa jenis flora khas yang banyak dijumpai di kawasan ini, antara lain pakis, agathis, palem, bambu, dan belukar.
d) Hutan Rontok Daerah Sedang
Daerah persebaran hutan rontok daerah sedang meliputi sebagian besar wilayah Amerika Utara dan Eropa Barat. Hal ini dikarenakan di wilayah ini pengaruh iklim sangat ekstrim, di mana udara sangat dingin saat musim dingin dan relatif hangat dalam periode musim panas. Corak vegetasi yang menutupi sebagian besar lahan didominasi oleh jenis perdu (pohon kerdil) dan tumbuhan meranggas.
e) Hutan Berdaun Jarum
Hutan berdaun jarum (hutan konifer) terdapat di daerah-daerah lintang tinggi mendekati kawasan lingkaran kutub, seperti wilayah Kanada bagian utara, Eropa Utara, Asia Utara terutama sekitar Siberia, serta wilayah-wilayah pegunungan tinggi kawasan tropis. Jenis tumbuhan yang banyak dijumpai di wilayah konifer antara lain pinus mercussi, cemara, larix, dan pohon sequoia (redwood). Redwood merupakan jenis pohon terbesar di dunia yang terdapat di California.
f) Hutan Evergreen
Jenis hutan ini terdapat di kawasan iklim mediteran, yaitu wilayah-wilayah pantai barat sekitar lintang 30°–40°. Karakter tumbuhan yang terdapat di wilayah ini adalah batang pohonnya tidak terlalu tinggi, tetapi kayunya sangat keras, seperti pohon zaitun dan oak.

2) Sabana
Sabana ditandai dengan jenis tumbuhan yang relatif tahan terhadap tingkat kelembapan dan kadar curah hujan rendah. Sabana banyak dijumpai di sebagian wilayah Nigeria, Tanzania, India, Australia, Kostarika, Brasil, sekitar Bali, dan sebagian Nusa Tenggara Barat. Formasi vegetasi sabana biasanya terdiri atas padang rumput yang diselingi oleh pohon-pohon tinggi maupun perdu.
Secara umum sabana dibedakan menjadi enam macam, yaitu
sebagai berikut.
a) Hutan Sabana. Jenis tumbuhannya terdiri atas rerumputan dan semak, serta pohon-pohon tegakan tinggi yang tumbuh secara jarang di antara semak tersebut. Contoh kawasan hutan sabana antara lain terdapat di Australia, dengan jenis tanaman tegakan tinggi khas, yaitu kayu putih (eucaliptus).
b) Belukar Tropis. Tumbuhan utamanya berupa jenis-jenis xerophyta, karena periode musim hujan yang pendek, namun intensitas curah hujannya relatif lebat, sedangkan periode musim keringnya cukup lama.
c) Sabana. Wilayah padang rumput yang diselingi dengan jenis tanaman tegakan tinggi, seperti akasia.
d) Sabana Semi Arid. Terdapat di daerah-daerah zona lintang tropis dan subtropis yang memiliki rata-rata jumlah curah hujan tahunan sedikit. Vegetasi yang terdapat di daerah semi arid antara lain semak-semak xerophyta.
e) Moor. Wilayah yang ditutupi oleh semak-semak dan rapat. Tumbuhan penutup tanah utama pada kawasan moor adalah belukar. Moor banyak terdapat di wilayah pantai barat zona iklim sedang.
f) Taiga. Wilayah yang ditutupi oleh pohon-pohon rendah dengan persebaran yang jarang. Taiga tersebar pada wilayah sekitar lingkaran kutub yang berbatasan dengan kawasan tundra.

3) Padang Rumput
Padang rumput merupakan biochore yang lebih kering jika dibandingkan dengan sabana. Wilayahnya terdiri atas hamparan padang rumput yang luas dan terkadang diselingi sedikit tanaman perdu. Vladimir Koppen menandai kawasan padang rumput dengan tipe iklim Bs (semi arid stepa). Berdasarkan lokasinya, padang rumput dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
a) Praire, yaitu padang rumput tinggi yang luas tersebar di daerah zona lintang sedang dengan perbandingan tebal curah hujan relatif seimbang dengan tingkat penguapan. Praire tersebar di Argentina, sebagian Amerika Serikat, sebagian Australia, dan Hungaria.
b) Stepa hampir sama dengan praire hanya jenis rumputnya relatif lebih pendek dan terdapat sedikit semak belukar. Stepa merupakan kawasan peralihan antara wilayah iklim basah dan kering. Contoh kawasan stepa terdapat di Amerika Serikat, sebagian kecil wilayah Nusa Tenggara Timur, Great Plains, sebagian Afrika Utara yang berbatasan dengan wilayah gurun, dan Australia.
c) Tundra, yaitu padang rumput yang terletak pada wilayah-wilayah lintang tinggi (perbatasan dengan kutub). Jenis tanaman yang banyak dijumpai di wilayah tundra adalah rumput-rumput
kerdil yang mampu bertahan terhadap suhu udara dingin
4) Gurun
Istilah gurun seringkali diidentikkan dengan kawasan padang pasir yang panas dan gersang. Pernyataan ini tidak seluruhnya benar karena pada kenyataannya tidak semua gurun memiliki suhu udara panas. Definisi yang paling cocok untuk mendefinisikan gurun adalah kawasan iklim kering yang ditandai rata-rata jumlah curah hujan tahunan jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan tingkat penguapan massa air ke atmosfer sehingga sangat jarang ditemui badan-badan air permukaan (sungai, danau, dan mata air) yang sifatnya permanen, kecuali di beberapa daerah cekungan oasis dan wadi.
Berdasarkan sifatnya, gurun dibedakan menjadi dua, yaitu gurun panas dan gurun dingin.
a) Gurun Panas
Gurun panas tersebar di wilayah-wilayah sekitar lintang 30°–35°, merupakan kawasan massa udara turun yang sifatnya panas dan kering sehingga banyak menyerap air di muka bumi. Wilayah persebaran gurun panas di muka bumi antara lain sebagai berikut.
(1) Di wilayah Asia, meliputi Gurun Gobi, Taklamakan, Rub Al Khali, dan Rub An Nefud.
(2) Di wilayah Afrika, meliputi Gurun Sinai, Chaad, Sahara, dan Kalahari.
(3) Di wilayah Amerika, seperti Gurun Sonora dan Attacama.
(4) Di wilayah Australia, yaitu Gurun Australia Besar
Jenis tumbuhan yang mendominasi wilayah gurun antara lain kaktus dan beberapa jenis rumput gurun. Selain itu, di beberapa wilayah oasis banyak dijumpai pohon kurma.
b) Gurun Dingin
Gurun dingin terdapat di sekitar kawasan lingkaran kutub utara. Wilayahnya senantiasa tertutup lapisan es abadi sehingga sangat sulit untuk ditumbuhi tanaman dan menjadi wilayah gersang. Jenis tumbuhan yang masih mampu bertahan adalah lumut dan rumput-rumput kerdil.
b. Biocycle Air Tawar
Biocycle air tawar terdiri atas lingkungan sungai, danau, kolam, rawa atau paya-paya. Contoh jenis tumbuhan yang menjadi komponen ekosistem air tawar antara lain, selada air, bunga teratai, dan eceng gondok. Selain itu, hidup beberapa jenis lumut dan ganggang.
c. Biocycle Air Asin
Biocycle air asin sebagian besar terbentang mulai dari zona pantai sampai wilayah perairan laut yang masih tertembus sinar matahari (zona fotik). Hal ini sangat berkaitan dengan proses fotosintesis tumbuhan yang membutuhkan sinar matahari. Beberapa jenis flora yang hidup di lingkungan perairan laut, antara lain alga biru, alga merah, dan rumput laut. Adapun yang hidup di sekitar pantai, antara lain kelapa, pandan pantai, hutan bakau (mangrove), nipah, rumbia, dan beberapa jenis rerumputan khas pantai. Berikut ini disajikan perwilayahan biota air laut.
Sumber : Geografi, Membuka Cakrawala Dunia untuk Kelas XI, karangan Bambang Utoyo.