Senin, 20 Oktober 2008

KANTIN KEJUJURAN

Jangan heran jika Anda tak menemui seorang penjaga pun di kantin SMA Negeri 1 Ciparay Kab. Bandung. Meski banyak pembeli "menyerbu" makanan yang dijajakan, sang penjaga kantin tak akan pernah muncul. Uniknya, pembeli memahami benar keadaan itu. Mereka akan mengeluarkan uang dari saku dan meletakkannya dalam kotak khusus saat mengambil makanan, yang jumlahnya sesuai dengan harga banderol. Jika jumlah uangnya terlalu besar, pembeli pulalah yang mengambil kembaliannya.
Tidak, penjaga kantin tidak sedang berhalangan atau sakit. Kantin di SMAN 1 Ciparay di Desa Pakutandang, Kec. Ciparay, Kab. Bandung itu memang tak memiliki penjaga. Hanya kejujuran pembelilah yang memegang peran dalam kegiatan operasional kantin tersebut sehari-hari. Rugikah? Tentu saja tidak, selama kejujuran dapat ditegakkan oleh para pembeli. Konsep yang sangat sederhana, namun mungkin akan sangat sulit dalam pelaksanaannya.
Kantin di SMAN 1 Ciparay itu dinamai Kantin Kejujuran. Sekilas, kantin ini tak ubahnya kebanyakan kantin lainnya. Pembedanya hanya dalam pola pembayaran yang menitikberatkan pada kesadaran pembeli. Kantin Kejujuran yang diresmikan.langsung oleh Bupati Bandung Obar Sobarna, Selasa (15/1) itu merupakan metode baru yang rencananya akan diterapkan di seluruh sekolah di Kab. Bandung. Meski bukan yang pertama di Indonesia, boleh jadi Kantin Kejujuran ini merupakan yang pertama di Jawa Barat.
"Kantin Kejujuran ini juga menjadi ajang pembelajaran bagi generasi muda tentang pentingnya kejujuran terhadap diri sendiri, lingkungan, hingga bangsa dan negara," kata Obar Sobarna. Ia berharap, tak akan ada lagi praktik "darmaji" alias dahar lima ngaku hiji (makan lima tetapi mengaku satu) dalam kehidupan sehari-hari. Jika praktik kejujuran ini mulai dapat diterapkan pada pelajar, maka diharapkan mereka akan menjadi penerus bangsa yang jujur untuk memajukan bangsa ini.
Kantin Kejujuran dapat merefleksikan tabiat para siswa yang ada di sekolah itu. Jika kantin tak bertahan lama karena bangkrut, maka hampir dipastikan para siswa di sekolah itu tak lagi berlaku jujur. Sebaliknya, kantin akan semakin maju saat semua siswa memegang tinggi asas kejujuran dalam kesehariannya.
Kantin Kejujuran itu digagas Pemkab Bandung, Kejaksaan Negeri Bandung, dan Karang Taruna. Tak tanggung-tanggung, Direktur Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Eko Soesamto Tjiptadi turut hadir dalam peresmian kantin tersebut. Hadir pula Ketua Karang Taruna Pusat, Doddy Susanto.
"Saya yakin, jika satu sen saja uang dari kantin tersebut diselewengkan maka umur kantin ini tak akan lebih dari tiga bulan," kata Eko Soesamto Tjiptadi. Menurut dia, kantin tersebut merupakan media praktik pendidikan kejujuran bagi siswa sekolah. Siswa akan dihadapkan pada dua pilihan, apakah ingin menerapkan kejujuran hati nuraninya atau tidak.
"Kita seharusnya malu, Indonesia adalah negara terkorup kedua di Asia tahun ini. Ironisnya, negara ini memiliki sekitar 622.000 bangunan masjid dan paling banyak kegiatan khotbahnya," kata Eko yang disambut dengan riuhnya suara hadirin. Ia yakin, pemberantasan korupsi tidak akan berhasil selama tak ada peran serta seluruh masyarakat, termasuk siswa sebagai generasi penerus bangsa. Apabila kejujuran sudah diterapkan sejak dini, diharapkan akan dapat menyukseskan pemberantasan korupsi pada masa yang akan datang.
Acara pembukaan Kantin Kejujuran ini diikuti perwakilan SMA, SMK, dan Madrasah Aliyah se Kab. Bandung. Pada tahap selanjutnya, program ini akan diterapkan di seluruh SLTA di Kab. Bandung. Pada kesempatan yang sama, Bupati Bandung memberikan dana stimulan bagi beberapa SLTA untuk menerapkan sistem Kantin Kejujuran tersebut.
Mungkin sudah saatnya para pejabat penting negara ini bercermin pada siswa SMAN 1 Ciparay. Jika anak sekolah saja bisa berbuat jujur, mengapa masih banyak pejabat yang korup? Tunggu apa lagi?
Beberapa sekolah mulai menerapkan “kantin kejujuran”: Siswa bebas ambil jajanan, mau berbohong, mau “nembak”, terserah.
Koran Tempo pada Minggu hari ini menulis, beberapa SMP dan SMA mulai mengajarkan pendidikan anti-korupsi kepada siswanya. Contohnya SMP Keluarga di Kudus, Jawa Tengah, membuat jajak pendapat terhadap siswa apakah bekas Presiden Soeharto adalah koruptor atau bukan. Hasilnya mengejutkan, ternyata Soeharto dianggap pahlawan oleh sebagian besar siswa. Sebanyak 83 siswa menilai Soeharto sebagai pahlawan, 33 siswa melihatnya sebagai koruptor, dan 55 siswa bersikap ragu.
Blog Berita: Tentu sangat berbeda dengan mahasiswa, yang bisa dipastikan sebagian besar menilai Soeharto sebagai koruptor. Apakah ini karena siswa di tingkat SMP dan SMA belum melek media — tidak sering membaca koran atau menonton berita di tivi?
Menurut Koran Tempo, sekolah lain mengajarkan materi anti-korupsi lewat lomba bikin puisi dan melukis poster dengan topik anti-korupsi. Di SMP Keluarga, SMAN 1 Tambun Bekasi, dan SMP 8 Padang dibuat kantin kejujuran. Warung ini dimodali OSIS dan uang siswa sendiri. Tidak ada kasir atau penjaga kantin, siswa bebas mengambil jajanan. Bila hendak membayar, siswa menaruh uangnya sendiri dan mengambil kembaliannya. Kalau mau ngutang, mereka mencatat sendiri.
Umumnya siswa bersikap jujur, dan hanya sedikit yang berbohong. “Nanti bisa seperti negaramu. Bisa bangkrut, dan itu namanya korupsi,” kata Basuki, guru SMP Keluarga, mengingatkan muridnya.
SMP Keluarga adalah sekolah di bawah naungan sebuah yayasan Katolik. Pihak pastoral telah mengeluarkan nota agar sekolah itu peduli mengatasi korupsi.
Blog Berita: Menerapkan kantin kejujuran di sekolah-sekolah di Tanah Batak, mungkinkah? “Holan sada do huallang pisang goreng, mi gomak saporsi.” Hape nungnga tolu pisang goreng dohot partambuan mi gomak. “Cuma satu aku ambil pisang goreng dengan satu mangkuk mie.” Padahal sudah tiga pisang dan mienya juga nambah
Bagaimana dengan siswa SMA Negeri 1 Curup? Di lingkungan sekolah kita ada beberapa kantin, seperti : kantin bu Seno, Muhtar Nubi, Aprizal, Nofwan Zuhri, Karnadi dan Herwanto. Sudah siapkah Anda menerapkan kantin kejujuran?
Setujukah kalau kantin kejujuran diterapkan untuk bidang yang lebih luas? Misalnya waktu Anda mengikuti ulangan harian, mid semester dan semesteran tidak perlu ditunggu lagi oleh guru/pengawas(diambil dari beberapa sumber).