Prinsip-prinsip dasar membuat peta :
Membuat Peta:
Dalam pembuatan peta, ada beberapa prinsip pokok yang harus diperhatikan. Yang dimaksud pembuatan peta dalam hal ini bukan dalam pengertian pemetaan wilayah.
Langkah-langkah prinsip pokok dalam pembuatan peta adalah:
1. Menentukan daerah yang akan Anda petakan.
2. Membuat peta dasar (base map) yaitu peta yang belum diberi simbol.
3. Mencari dan mengklarifikasikan (menggolongkan) data sesuai dengan kebutuhan.
4. Membuat simbol-simbol yang mewakili data.
5. Menempatkan simbol pada peta dasar.
6. Membuat legenda (keterangan).
7. Melengkapi peta dengan tulisan (lettering) secara baik dan benar.
Tata Cara Penulisan pada Peta
Untuk membuat tulisan (lettering) pada peta ada kesepakatan di antara para ahli (kartografer) yaitu sebagai berikut:
1. Nama geografi ditulis dengan bahasa dan istilah yang digunakan penduduk setempat.
Contoh: Sungai ditulis Ci (Jawa Barat),
Kreung (Aceh), Air (Sumatera Utara).
Nama sungai ditulis searah dengan aliran sungai dan menggunakan huruf miring.
Untuk lebih jelasnya lihat gambar.
2. Nama jalan ditulis harus searah dengan arah jalan tersebut, dan ditulis dengan huruf cetak kecil.
Contoh: lihat gambar berikut ini.
3. Nama kota ditulis dengan 4 cara yaitu:
a. di bawah simbol kota.
b. di atas simbol kota.
c. di sebelah kanan simbol kota.
d. di sebelah kiri simbol kota.
Contoh: lihat pada gambar.
Memperbesar dan Memperkecil Peta
Setelah Anda memahami langkah-langkah dalam membuat peta, macam-macam simbol peta dan penggunaannya, sekarang kita pelajari bagaimana cara memperbesar dan memperkecil peta.
1. Memperbesar Peta
Untuk memperbesar peta yang bisa Anda lakukan yaitu,
a. Memperbesar grid (sistem kotak-kotak)
Langkah-langkah yang harus Anda lakukan adalah:
1) Buat grid pada peta yang akan diperbesar.
2) Buat grid yang lebih besar pada kertas yang akan digunakan untuk menggambar peta baru, pembesarannya sesuai dengan rencana pembesaran.
3) Memindahkan garis peta sesuai dengan peta dasar ke peta baru.
4) Mengubah skala, sesuai dengan rencana pembesaran.
Contoh: Peta berskala 1 : 100.000 akan diperbesar 2 kali, maka skala menjadi 1 : 50.000.
Gambar 2.32 Cara memperbesar peta dengan memperbesar grid.
b. Fotocopy
Cara lain memperbesar peta dengan cara memfotocopy peta tersebut. Bila Anda ingin memperbesar peta gunakanlah mesin fotocopy yang dapat memperbesar peta.Dengan fotocopy, untuk peta yang menggunakan skala garis tidak masalah dan tidak perlu skala peta. Tetapi bila Anda memfotocopy peta yang menggunakan skala angka, Anda harus mengubah skala peta itu menjadi skala garis sebelum difotocopy.
Contoh: mengubah skala angka ke skala garis
c. Menggunakan alat pantograph
Selain dengan memperbesar grid dan memfotocopy untuk memperbesar peta Anda dapat menggunakan alat pantograf. Pantograf adalah alat untuk memperbesar dan memperkecil peta.
2. Memperkecil Peta
Bila Anda ingin memperkecil peta, caranya sama dengan memperbesar peta yaitu:
a. memperkecil grid,
b. memfotocopy peta dengan mesin fotocopy yang dapat memperkecil peta,
c. menggunakan pantograf.
Di bawah ini disajikan gambar sketsa dari pantograf.
Dengan menggunakan alat ini kita dapat mengubah ukuran peta sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Pada dasarnya, kerja pantograf berdasarkan jajaran genjang. Tiga dari empat sisi jajaran genjang (a, b, dan c) mempunyai skala faktor yang sama. Skala pada ketiga sisi tersebut dapat diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan, yaitu memperbesar atau memperkecil peta.
Rumus yang digunakan:
Contoh: Suatu peta akan diperbesar 5 kali lipat.
Diketahui : m = 1 (besar peta yang asli).
M = 5 (besar peta yang akan dibuat)
Maka skala faktor =
Setelah didapat besarnya skala faktor, lalu pantograf diatur sedemikian rupa sehingga masing-masing lengan pantograf mempunyai skala faktor sama yaitu 100.
Caranya:
Peta yang akan diperbesar letakkan di tempat B dan kertas gambar kosong letakkan di tempat gambar A yang sudah dilengkapi pensil. Kemudian gerakkan B mengikuti peta asal, melalui kaca pengamat.
Membaca Peta
Dalam membaca peta, Anda harus memahami dengan baik semua simbol atau informasi yang ada pada peta. Kalau Anda dapat membaca peta dengan baik dan benar, maka Anda akan memiliki gambaran mengenai keadaan wilayah yang ada dalam peta, walaupun belum pernah melihat atau mengenal medan (muka bumi) yang bersangkutan secara langsung.
Beberapa hal yang dapat diketahui dalam membaca peta antara lain:
1. Isi peta dan tempat yang digambarkan, melalui judul.
2. Lokasi daerah, melalui letak garis lintang dan garis bujur.
3. Arah, melalui petunjuk arah (orientasi).
4. Jarak atau luas suatu tempat di lapangan, melalui skala peta.
5. Ketinggian tempat, melalui titik trianggulasi (ketinggian) atau melalui garis kontur.
6. Kemiringan lereng, melalui garis kontur dan jarak antara garis kontur yang berdekatan.
7. Sumber daya alam, melalui keterangan (legenda).
8. Kenampakan alam, misalnya relief, pegunungan/gunung, lembah/sungai, jaringan lalu lintas, persebaran kota. Kenampakan alam ini dapat diketahui melalui simbol-simbol peta dan keterangan peta.
Selanjutnya kita dapat menafsirkan peta yang kita baca, antara lain sebagai berikut:
1. Peta yang banyak gunung/pegunungan dan lembah/sungai, menunjukkan bahwa daerah itu berelief kasar.
2. Alur-alur yang lurus, menunjukkan bahwa daerah itu tinggi dan miring. Jika alur sungai berbelok-belok (membentuk meander), menunjukkan daerah itu relatif datar.
3. Pola (bentuk) pemukiman penduduk yang memusat dan melingkar, menunjukkan daerah itu kering (sulit air) tetapi di tempat-tempat tertentu terdapat sumber-sumber air.
Dengan membaca peta Anda akan dapat mengetahui :
1. Jarak lurus antar kota.
2. Keadaan alam suatu wilayah, misalnya suatu daerah sulit dilalui kendaraan karena daerahnya berawa-rawa.
3. Keadaan topografi (relief) suatu wilayah.
4. Keadaan penduduk suatu wilayah, misalnya kepadatan dan persebarannya.
5. Keadaan sosial budaya penduduk, misalnya mata pencaharian, persebaran sarana kota dan persebaran pemukiman.
Komponen-komponen pada peta :
1. Judul Peta
Pada peta yang pernah Anda lihat, di bagian manakah biasanya judul peta diletakkan? Judul peta memuat isi peta. Dari judul peta Anda dapat segera mengetahui data dan daerah mana yang tergambar dalam peta tersebut.
Contoh:
a. peta penyebaran penduduk pulau Jawa.
b. peta bentuk muka bumi Asia.
c. peta Indonesia.
Judul peta merupakan komponen yang sangat penting. Biasanya, sebelum pembaca memperhatikan isi peta, pasti terlebih dahulu judul yang dibacanya. Judul peta hendaknya memuat/mencerminkan informasi yang sesuai dengan isi peta. Selain itu, judul peta jangan sampai menimbulkan penafsiran ganda pada peta. Judul peta biasanya diletakkan di bagian tengah atas peta. Tetapi judul peta dapat juga diletakkan di bagian lain dari peta, asalkan tidak mengganggu kenampakan dari keseluruhan peta.
2. Skala Peta
Selain judul Anda juga akan menemukan skala pada peta. Skala merupakan ciri yang membedakan peta dengan gambar lain. Skala peta sangat erat kaitannya dengan data yang disajikan. Bila ingin menyajikan data secara rinci, maka gunakanlah skala besar, (1 : 5.000 sampai 1 : 250.000). Sebaliknya bila ingin menunjukkan data secara umum, gunakanlah skala kecil (1 : 500.000 sampai 1 : 1.000.000 atau lebih). Skala pada peta adalah perbandingan jarak antara dua titik di peta dengan jarak sebenarnya di permukaan bumi. Contoh: skala 1 : 500.000 artinya 1 cm jarak di peta sama dengan 500.000 cm ( 5Km) jarak sebenarnya di permukaan bumi. Skala peta akan dibahas lebih rinci pada modul 3 nanti.
3. Proyeksi Peta
Untuk menghindari terjadinya kesalahan yang lebih besar, dalam ukuran (luas, jarak) bentuk permukaan bumi pada peta, maka dalam pembuatan peta digunakan proyeksi peta. Proyeksi peta adalah teknik pemindahan bentuk permukaan bumi yang lengkung (bulat) ke bidang datar.
4. Legenda/Keterangan Peta
Pada peta yang pernah Anda lihat, adakah legenda/keterangan petanya? Legenda juga merupakan komponen penting pada peta. Karena peta tanpa legenda.keterangan petanya, sulit untuk dibaca. Jadi agar mudah dibaca dan ditafsirkan, peta harus dilengkapi dengan legenda/keterangan. Legenda menerangkan arti dari simbol-simbol yang terdapat dalam peta. Contoh: legenda/keterangan peta. Legenda biasanya diletakkan di pojok kiri bawah peta. Selain itu legenda peta dapat juga diletakkan pada bagian lain peta, sepanjang tidak mengganggu kenampakan peta secara keseluruhan. Gambar 2.10 . Legenda/Keterangan Peta. | |
5. Petunjuk Arah/Tanda Orientasi
Petunjuk arah juga penting artinya pada peta. Gunanya untuk menunjukkan arah Utara, Selatan, Timur dan Barat. Tanda orientasi perlu dicantumkan pada peta untuk menghindari kekeliruan. Petunjuk arah pada peta
biasanya berbentuk tanda panah yang menunjuk ke arah Utara. Petunjuk ini diletakkan di bagian mana saja dari
peta, asalkan tidak mengganggu kenampakan peta.
Contoh: Petunjuk arah/tanda orientasi.
6. Simbol dan Warna
Agar pembuatan peta dapat dilakukan dengan baik, ada dua hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu simbol dan warna. Sebelum dibahas mengenai simbol dan warna pada peta ini, silahkan Anda perhatikan skema di bawah ini.
Uraian berikut ini akan menjelaskan satu demi satu mengenai pengertian simbol dan warna tersebut.
a. Simbol Peta
Pada peta, Anda juga akan melihat simbol-simbol, gunanya agar informasi yang disampaikan tidak membingungkan. Simbol-simbol dalam peta harus memenuhi syarat, sehingga dapat menginformasikan hal-hal yang digambarkan dengan tepat.
Syarat-syarat tersebut adalah: sederhana, mudah dimengerti dan bersifat umum (seperti disepakati oleh para kartografer).
Macam-macam simbol peta.
1) Macam-macam simbol peta berdasarkan bentuknya.
Kalau Anda perhatikan, pada sebuah peta banyak terdapat simbol-simbol. Berikut ini kita akan pelajari mengenai simbol-simbol berdasarkan bentuknya.
a) Simbol titik, digunakan untuk menyajikan tempat atau data posisional, seperti simbol kota, titik trianggulasi (titik ketinggian) tempat dari permukaan laut.
Contoh: simbol titik.
b) Simbol garis, digunakan untuk menyajikan data geografis seperti simbol sungai, batas wilayah, jalan, dsb.
Contoh: simbol garis.
c) Simbol luasan (area), digunakan untuk menunjukkan kenampakan area seperti: padang pasir, rawa, hutan.
Contoh: simbol luasan (area).
d) Simbol aliran, digunakan untuk menyatakan alur atau gerak.
Contoh: simbol aliran.
Berdasarkan simbol aliran pada gambar 2.16 dapat disimpulkan bahwa pengiriman kopi terbesar di dunia adalah dari wilayah Afrika Barat menuju wilayah Eropa.
e) Simbol batang, digunakan untuk menyatakan suatu harga/dibandingkan dengan harga/nilai lainnya.
Contoh: simbol batang.
| Berdasarkan simbol batang yang terdapat pada peta dan harga setiap ruasnya (1 ruas harganya 100.000 ton padi), dapat disimpulkan wilayah (propinsi) yang produksi padinya terbanyak adalah Kalimantan Selatan dan paling sedikit adalah Kalimantan Timur. Gambar 2.17. Peta ekonomi jumlah data tercermin Pada tinggi/ panjang batang. |
f) Simbol lingkaran, digunakan untuk menyatakan kuantitas (jumlah) dalam bentuk prosentase.
Contoh: simbol lingkaran.
| Berdasarkan simbol lingkaran pada gambar 2.18, dapat disimpulkan bahwa 1/4 bagian (25%) tanah digunakan untuk lain-lain (selain pertanian, perkebunan dan hutan). Sedangkan 3/8 bagian (37,5%) digunakan untuk pertanian, 3/8 bagian (37,5%) lagi digunakan untuk perkebunan dan kehutanan. Pada simbol lingkaran, luas lingkaran mencerminkan jumlah data. |
g) Simbol bola, digunakan untuk menyatakan isi (volume), makin besar symbol bola menunjukkan isi (volume) makin besar dan sebaliknya makin kecil symbol bola berarti isi (volume) makin kecil.
Contoh: simbol bola.
| Berdasarkan besarnya symbol bola, wilayah yang simbol bolanya lebih besar menunjukkan jumlah penduduknya lebih banyak. Gambar 2.19. Peta penduduk pada simbol bola, isi bola mencerminkan jumlah data |
2) Macam-macam simbol peta berdasarkan sifatnya.
Simbol-simbol yang Anda lihat pada peta, ada yang menyatakan jumlah dan ada yang hanya membedakan. Berdasarkan sifatnya, simbol peta dibedakan menjadi dua macam yaitu: simbol yang bersifat kualitatif dan bersifat kuantitatif.
Simbol berdasarkan sifatnya.
a) Simbol yang bersifat kualitatif. Simbol ini digunakan untuk membedakan persebaran benda yang digambarkan. Misalnya untuk menggambarkan daerah penyebaran hutan, jenis tanah, penduduk dan lainnya. Keterangan gambar 2.20. Untuk membedakan antara daerah A, B, dan C, digunakan arsir yang berbeda. | |
b) Simbol yang bersifat kuantitatif. Simbol ini digunakan untuk membedakan atau menyatakan jumlah. Contoh: simbol yang bersifat kuantitatif. Keterangan gambar 2.21. Peta ini meng-gambarkan tingkat kepadatan penduduk. Makin rapat jarak antara titik menunjukkan daerah tersebut tingkat kepadatan penduduknya makin tinggi. Dapat disimpulkan daerah A memiliki kepadatan penduduk tertinggi dibandingkan dengan daerah B dan C. Simbol yang bersifat kuantitatif antara lain: simbol titik, batang, lingkaran, bola dan dapat pula dengan perbedaan warna. | |
3) Macam-macam simbol berdasarkan fungsinya.
Penggunaan simbol pada peta tergantung fungsinya, untuk menggambarkan bentuk-bentuk muka bumi di daratan, di perairan atau bentuk-bentuk budaya manusia.
Berdasarkan fungsinya simbol peta dapat dibedakan menjadi: simbol daratan, simbol perairan dan simbol budaya.
a) Simbol daratan, digunakan untuk simbol-simbol permukaan bumi di daratan.
Contoh: gunung, pegunungan, gunung api.
b) Simbol perairan, digunakan untuk simbol-simbol bentuk perairan.
Contoh: simbol perairan.
c) Simbol budaya, digunakan untuk simbolsimbol, bentuk hasil budaya.
Contoh: simbol budaya.
b. Warna
Perhatikanlah peta yang ada di sekolah Anda, warna apa saja yang ada pada petatersebut? Peta yang berwarna akan lebih indah dilihat dan kenampakan yang ingin disajikan juga kelihatan lebih jelas. Penggunaan warna pada peta harus sesuai maksud/tujuan si pembuat peta dan kebiasaan umum.
Contoh:
- laut, danau digunakan warna biru.
- temperatur (suhu) digunakan warna merah atau coklat.
- curah hujan digunakan warna biru atau hijau.
- dataran rendah (pantai) ketinggian 0 sampai 200 meter dari permukaan laut digunakan warna hijau.
- daerah pegunungan tinggi/dataran tinggi (2000 sampai 3000 meter) digunakan warna coklat tua.
Warna berdasarkan sifatnya, ada dua macam yaitu warna bersifat kualitatif dan bersifat kuantitatif.
Di bawah ini contoh warna yang bersifat kualitatif dan bersifat kuantitatif.
Contoh: simbol dan warna yang dipakai dalam peta.
Gambar 2.27. Contoh simbol umum yang dipakai pada sebuah peta
7. Sumber dan Tahun Pembuatan Peta
Bila Anda membaca peta, perhatikan sumbernya. Sumber memberi kepastian kepada pembaca peta, bahwa peta tersebut bukan hasil rekaan dan dapat dipercaya. Selain sumber, perhatikan juga tahun pembuatannya. Pembaca peta dapat mengetahui bahwa peta itu masih cocok atau tidak untuk digunakan pada masa sekarang atau
sudah kadaluarsa karena sudah terlalu lama. Anda sudah mempelajari materi di atas dengan baik, sekarang pasti Anda telah dapat menjawab pertanyaan berikut, yaitu: Apa saja yang bisa Anda lihat pada peta?
Menghitung skala peta :
Pernahkah Anda menggunakan peta untuk menentukan jarak antara dua kota atau dua tempat? Setelah letak dua kota ditemukan, apa langkah selanjutnya? Tentunya, Anda akan melihat skala peta, bukan? Skala Peta merupakan komponen peta yang sangat penting karena dengan skala peta kita dapat mengetahui jarak antara dua tempat.
Skala Peta adalah perbandingan antara jarak di peta dengan jarak sebenarnya dipermukaan bumi.
Contoh:
Pada peta tertulis skala 1 : 1.000.000 ini berarti tiap jarak 1 bagian di peta sama dengan jarak 1.000.000 bagian di muka bumi. Jadi kalau di peta itu 1 bagian = 1 cm maka di muka bumi = 10 Km. Ukuran jarak yang digunakan dalam peta yaitu cm, m, km, inci dan mil. Untuk Indonesia satuan yang umum dipakai cm, m, atau km. Setiap peta hendaknya mencantumkan skalanya agar pembaca dapat menghitung dan memperkirakan perbesaran pada keadaan yang sebenarnya.
Skala Peta dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
1. Skala Angka/Skala Pecahan (Numerical Scale).
Skala ini sering disebut skala numeric yaitu skala yang dinyatakan dalam bentuk perbandingan angka.
Contoh:
Skala 1 : 100.000, skala 1 : 2.000.000 dan sebagainya Bila peta berskala 1 : 100.000 berarti tiap satuan panjang pada peta menggambarkan jarak yang sesungguhnya di lapangan/ di muka bumi sebenarnya 100.000 kali satu satuan panjang di peta. Bila satuan panjang menggunakan cm berarti tiap jarak 1 cm pada peta menggambarkan jarak 100.000 di lapangan.
Contoh negara yang menggunakan sistem skala angka ini adalah Indonesia dan Amerika Serikat. Untuk menentukan skala peta ini dapat dipakai rumus:
2. Skala Verbal yaitu skala yang dinyatakan dengan kalimat atau kata-kata.
Skala ini disebut juga skala inci dibanding mil yang dalam bahasa Inggris disebut “Inch Mile Scale”.
Contoh:
Skala dalam suatu peta dinyatakan dalam 1 inch to 5 miles, ini berarti jarak 1 inci di peta menggambarkan jarak 5 mil di lapangan atau jarak sebenarnya.
3. Skala Garis (Line Scale)/Skala Grafik (Graphical Scale) / Skala Batang (Bar Scale)/ Skala Jalan (Road Scale)
Untuk skala ini dinyatakan dalam bentuk garis lurus yang terbagi dalam beberapa bagian yang sama panjangnya. Pada garis tersebut harus dicantumkan ukuran jarak yang sesungguhnya di lapangan, misalnya dalam meter, kilometer, feet atau mil.
Contoh:
a)
Dengan penyajian grafik tersebut maka dapat dibaca bahwa jarak antara dua angka di peta = 1 km di lapangan, jadi kalau antara 0 – 1, 1 – 2, 2 – 3, 3 – 4, 4 – 5 masing-masing = 1cm maka artinya 1 cm pada peta = 1 km di lapangan.
b)
Dari grafik tersebut dapat dibaca bahwa tiap jarak 1 inci pada peta sama dengan 2 mil di lapangan. Skala garis ini pada umumnya digunakan apabila suatu peta akan dikecilkan atau akan dibuat ukuran tertentu. Dengan memakai skala grafik/garis maka jarak dua tempat dapat langsung diukur dalam peta. Tidak jarang dalam satu peta dicantumkan skala angka dan juga skala garis.
Sampai disini apakah Anda dapat memahami? Selanjutnya, dalam pembahasan skala peta yang harus Anda ingat adalah semakin besar skalanya, akan semakin kecil kenampakkan wilayah yang digambarkan. Sebaliknya semakin kecil skalanya semakin luas areal kenampakkan permukaan bumi yang yang tergambar dalam peta. Untuk memahami skala termasuk besar atau kecil dapat dicontohkan sebagai berikut:
- Skala 1 : 50.000 lebih besar dari 1 : 100.000
- Skala 1 : 200.000 lebih besar dari 1 : 2.000.000
- Skala 1 : 250.000 lebih kecil dari 1 : 50.000
Gambar 03.01. Contoh peta yang berbeda skala
Perlu Anda pahami juga bahwa jenis skala peta yang ada dapat diubah sesuai dengan keinginan dan kebutuhan. Lalu bagaimana cara merubahnya? Untuk merubah skala peta ada beberapa cara seperti:
1. Mengubah skala angka ke skala grafik
Contoh:
Dalam peta tertulis skala 1 : 300.000, ubahlah ke dalamskala grafik/garis.
Penyelesaian:
Skala 1 : 300.000 berarti 1 bagian di peta menunjukkan 300.000 bagian di lapangan. Apabila dibuat dalam cm, maka 1 cm di peta = 300.000 cm di lapangan. Bila dibuat skala grafiknya berarti tiap-tiap cm atau dalam satu kotak nilainya 300.000 cm atau 3 km. Bila digambarkan skala grafiknya sebagai berikut:
2. Mengubah skala garis menjadi skala angka
Contoh:
Skala garis digambarkan seperti di bawah ini, ubahlah menjadi skala angka!
Penyelesaian:
Pada peta dengan skala ini berarti tiap panjang garis (kotak) menggambarkan 2 km di lapangan sehingga apabila tiap kotak antara 0 –. 2 – 4 dan 4 – 6 masing-masing jika diukur = 2 cm maka:
2 cm = 2 km
1 cm = 1 km
1 cm = 100.000 cm
Sehingga skala angkanya menjadi 1 : 100.000
3. Mengubah skala angka menjadi skala inci – mil
Contoh:
Skala angka 1 : 500.000, ubahlah menjadi skala inci-mil!
Penyelesaian:
Skala 1 : 500.000 ini berarti tiap 1 inci = 500.000 inci di lapangan.
500.000 inci dijadikan mil =
, yang kemudian dibulatkan menjadi 8 mil.
Jadi skala inci-milnya = 1 : 8
Perlu Anda ingat bahwa!
4. Mengubah skala grafik menjadi skala mil-inci
Contoh:
Jika diketahui grafik sepanjang 5 cm menunjukkan jarak 10 mil di lapangan, ubahlah menjadi skala angka dan inci-mil!
Penyelesaian:
5 cm = 10 mil dijadikan inci terlebih dahulu sehingga
(dibulatkan). Berarti 2 inci = 10 mil di lapangan. Jadi 1 inci sesuai dengan 5 mil dilapangan oleh karena itulah skalanya 1 : 5.
Bila diubah ke dalam bentuk skala angka sebagai berikut:
1 inci = 5 mil yang berarti 5 x 63.360 = 316.800 inci
Jadi skala angkanya 1 : 316.800
5. Mengubah skala dengan sistem grid bujur sangkar (Gridsquare)
Sistem grid bujur sangkar disebut juga metode Union Jack
Contoh:
Peta dengan skala 1 : 200.000 ubahlah menjadi peta berskala 1 : 100.000
Penyelesaian:
Bila digambarkan bentuk petanya sebagai berikut:
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita menjumpai peta yang tidak ada skalanya, padahal mungkin kita membutuhkannya. Apabila Anda mengalami kejadian ini maka cara menentukan skala peta dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Membandingkan dua jarak tempat di peta dengan jarak kedua tempat di lapangan
Contoh:
Jarak antara Jakarta dan Bekasi di lapangan 20 km (2.000.000 cm). Di peta jarak keduanya 50 cm. Tentukan skala petanya!
Jawab:
Skala peta tersebut =
Sehingga skala petanya = 1 : 40.000.
2. Membandingkan dengan peta lain yang luasnya sama dan telah diketahui skalanya.
Contoh:
- Ukur jarak 2 tempat yang diketahui dalam kedua peta itu.
Peta I = jarak A – B = 20 cm
Peta II = jarak A – B = 4 cm
- Pada peta I jarak A – B dilapangan:
= 2 x 50.000 cm = 100.000 cm
- Pada peta I jarak AB = 20x
x cm = 20x cm
20x = 200.000 cm
x = 10.000 cm
Jadi skala peta I = 1 : 10.000
Dari penyelesaian contoh soal tersebut dapat dibuat kesimpulan rumusan sebagai berikut:
J1 = Jarak yang sudah diketahui skalanya
J2 = Jarak yang belum diketahui skalanya
P1 = Penyebut skala peta yang sudah diketahui
P2 = Penyebut skala peta yang dicari
Bila data-data soal di atas dimasukkan ke rumus diperoleh:
Jadi skala petanya = 1 : 10.000
3. Membandingkan kenampakan-kenampakan dalam peta yang sudah pasti ukurannya.
Contoh:
Dalam peta terdapat lapangan sepak bola panjang lapangan 100 meter = 10.000 cm.
Jadi skala lapangan sepak bola tersebut 1 : 10.000
4. Menentukan dua titik di peta yang belum ada skalanya (peta x) misalnya titik A – B dengan arah Utara - Selatan.
Setelah itu menghitung jarak dua titik dan selisih derajat garis lintangnya. Perlu Anda ingat bahwa jarak tiap 1o garis lintang = 111 km dan 1o = 60 detik
Contoh:
Jarak A - B di peta x = 50 cm
Selisih garis lintangnya = 30 detik
Berapa skala peta x?
Penyelesaian:
50 cm di peta x = 5.550.000 cm di lapangan
Skala di peta x = 50 : 5.550.000
Jadi skala peta = 1 : 1.110.000
5. Pada peta Topografi (peta Kontur) di Indonesia berlaku rumus:
CI (Contour Interval) adalah selisih ketinggian antara dua garis kontur yang dinyatakan dalam meter. Contour Interval sering disebut jarak antara garis kontur. Garis Kontur yaitu garis-garis pada peta yang menghubungkan titik-titik yang memiliki ketinggian yang sama dari permukaan air laut.
Perhitungan CI misalnya:
Pada peta kontur Indonesia yang berskala 1 : 100.000, berapakah CI nya?
Jawab:
Kembali ke contoh peta kontur yang belum ada skalanya!
Contoh:
Suatu peta kontur dengan Ci = 50 meter
Berapakah skala peta tersebut!
Jawab: Ci = 50 m
Jadi penyebut skala = 100.000, ini berarti skala peta kontur tersebut 1 : 100.000
Apabila Anda ingin mengukur jarak pada peta baik lurus atau berbelok-belok, lakukanlah hal-hal berikut:
a. Gunakan seutas benang yang agak besar (misal: benang kasur)
b. Berilah tanda pada peta di bagian yang diukur.
c. Ukurlah dengan benang yang sudah dipersiapkan.
d. Tekuklah benang mengikuti jarak obyek yang diukur, seperti jalan yang berbelok, benang juga harus ikut dibelokkan.
e. Jarak yang diukur pada peta misalnya 50 cm (antara kota A dengan kota B).
f. Sesuaikan dengan skala garis misalnya skala yang ada 1 : 50.000, maka jarak antara kota A dan B dilapangan = 50 cm x 50.000 = 2.500.000 cm = 25 km.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar