Magma merupakan larutan yang kompleks. Karena terjadi penurunan temperatur, perubahan tekanan dan perubahan dalam komposisi, larutan magma ini mengalami kristalisasi. Perbedaan kombinasi hal-hal tersebut pada saat pembekuan magma mengakibatkan terbentuknya batuan yang memilki tekstur yang berbeda.
Ketika batuan beku membeku pada keadaan temperatur dan tekanan yang tinggi di bawah permukaan dengan waktu pembekuan cukup lama maka mineral-mineral penyusunya memiliki waktu untuk membentuk sistem kristal tertentu dengan ukuran mineral yang relatif besar. Sedangkan pada kondisi pembekuan dengan temperatur dan tekanan permukaan yang rendah, mineral-mineral penyusun batuan beku tidak sempat membentuk sistem kristal tertentu, sehingga terbentuklah gelas (obsidian) yang tidak memiliki sistem kristal, dan mineral yang terbentuk biasanya berukuran relatif kecil.
Berdasarkan hal di atas tekstur batuan beku dapat dibedakan berdasarkan :
1. Tingkat kristalisasi
- Holokristalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya disusun oleh kristal
- Hipokristalin, yaitu batuan beku yang tersusun oleh kristal dan gelas
- Holohyalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh gelas
2. Ukuran butir
- Phaneritic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhmya tersusun oleh mineral-mineral yang berukuran kasar.
- Aphanitic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh mineral berukuran halus.
3. Bentuk kristal
Ketika pembekuan magma, mineral-mineral yang terbentuk pertama kali biasanya berbentuk sempurna sedangkan yang terbentuk terakhir biasanya mengisi ruang yang ada sehingga bentuknya tidak sempurna.
Bentuk mineral yang terlihat melalui pengamatan mikroskop yaitu:
- Euhedral, yaitu bentuk kristal yang sempurna
- Subhedral, yaitu bentuk kristal yang kurang sempurna
- Anhedral, yaitu bentuk kristal yang tidak sempurna.
- Unidiomorf (Automorf), yaitu sebagian besar kristalnya dibatasi oleh bidang kristal atau bentuk kristal euhedral (sempurna)
- Hypidiomorf (Hypautomorf), yaitu sebagian besar kristalnya berbentuk euhedral dan subhedral.
- Allotriomorf (Xenomorf), sebagian besar penyusunnya merupakan kristal yang berbentuk anhedral.
- Equigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya hampir sama
- Inequigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya tidak sama
Klasifikasi Batuan Beku
Batuan beku diklasifikasikan berdasarkan tempat terbentuknya, warna, kimia, tekstur, dan mineraloginya.
a. Berdasarkan tempat terbentuknya batuan beku dibedakan atas :
- Batuan beku Plutonik, yaitu batuan beku yang terbentuk jauh di perut bumi.
- Batuan beku Hypabisal, yaitu batuan beku yang terbentu tidak jauh dari permukaan bumi
- Batuan beku vulkanik, yaitu batuan beku yang terbentuk di permukaan bumi
Berdasarkan warnanya, mineral pembentuk batuan beku ada dua yaitu mineral mafic (gelap) seperti olivin, piroksen, amphibol dan biotit, dan mineral felsic (terang) seperti Feldspar, muskovit, kuarsa dan feldspatoid.
b. Klasifikasi batuan beku berdasarkan warnanya yaitu:
- Leucocratic rock, kandungan mineral mafic < 30%
- Mesocratic rock, kandungan mineral mafic 30% - 60%
- Melanocratic rock, kandungan mineral mafic 60% - 90%
- Hypermalanic rock, kandungan mineral mafic > 90%
- Batuan beku asam (acid), kandungan SiO2 > 65%, contohnya Granit, Ryolit.
- Batuan beku menengah (intermediat), kandungan SiO2 65% - 52%. Contohnya Diorit, Andesit
- Batuan beku basa (basic), kandungan SiO2 52% - 45%, contohnya Gabbro, Basalt
- Batuan beku ultra basa (ultra basic), kandungan SiO2 < 30%